Thursday, July 18, 2013

True but It's Sad


Ini cerita pendek atau bukan, saya sendiri tidak tahu. Tapi bagi yang mau baca, selamat menbaca dan ditunggu komentarnya. Jika ada Typo, mohon d maafkan.... hehe

Ku biarkan nada dering handphone tetap berbunyi, karena tak ingin tangis ku terganggu apapun. Lama, akhirnya handphoneku berhenti berdering. Sejak kedua orangtua ku memberitahu kalau aku mengidap penyakit kanker otak, tak ada yang ku lakukan selain menangis menyesali apa yang aku alami sekarang.

Bagaimana bisa aku punya penyakit menakutkan itu? Memang sering kali aku merasakan sakit di kepala ku, pusing jika ku gerakkan kepalaku hingga kadang aku sampai mual dan ingin muntah tapi aku tidak tahu kalau itu gejala penyakit kanker yang bersarang di kepalaku sekarang. Selain takut penyakit ini akan merenggut nyawa ku , aku juga tak ingin melihat orang tua ku susah, setiap hari mama menangis sedangkan papa lelah mencari tambahan uang untuk biaya pengobatan ku yang tak murah. Terdengar handphone ku kembali berdering, ku lihat satu nama di layar. Satria , seseorang  yang telah menjadi pacarku selama lima bulan terakhir ini. Beberapa kali dia mencoba menelpon ku dan juga mengirim  sms, tapi tak sekalipun aku tanggapi. Entahlah, aku binggung harus bagaimana. Hidupku hampir berakhir. Dan ya,sepertinya aku harus mengakhiri kebisuanku kepada Satria. Ku terima telpon yang ku tahu itu dari Satria.

^^^^

Di bangku taman ini aku duduk bersama Satria, aku masih bingung cara untuk memulai pembicaraan dengan dia. Hingga akhirnya dia mulai bicara. “ wi,kenapa kamu ga pernah terima telpon dan bales sms ak?” Tanyanya
“sat,ak pngen putus” ucapku mengacuhkan tanyanya,lalu aku berdiri.
“wi, km serius?” dia berkata sambil berdiri dan membalikkan tubuhku agar kami bisa berhadapan.
“aku serius” ucapku menahan lelehan airmata.
“aku ga mau”
“terserah, tapi ku anggap kita sudah tak ada hubungan apa2 lg” tegasku membohongi diriku sndiri.
“kenapa wi?”
“ga apa2”
“ ini karna sakit kanker km?” dia bicara dgn nada menyelidik

kaget  atas apa yg aku terdengar, aku hanya diam bertanya dalam hati dia tahu darimana aku mengidap penyakit mengerikan itu. Sepertinya diam ku adalah jawab pembenaran atas pertanyaannya tadi. Dia kembali bicara. “jika itu alasannya, aku mohon jgn pernah km minta aku tinggalin km, saat seperti ini lah aku ingin menunjukkan kalau aku benar-benar mencintai kamu” ucapnya tulus.
“untuk apa? Untuk apa km mencintai orang yg hampir mati, orang yg tak memiliki kesempatan hidup lebih lama” katakata ku dengan iringan tangis. Dia mendekapku dalam pelukannya, meski masih menangis tapi aku rasakan ketenangan. “jangan pedulikan apa yg akan terjadi besok, cukup pikirkan hari ini  kamu harus bahagia….. bersamaku” katanya masi memelukku

^^^^^
Hari itu Hubunganku dengan Satria tidak jadi berakhir. Dia meyakinkanku untuk tetap bersamanya. Aku menyerah akan keputusan untuk putus dengannya karna aku juga masi mencintainya, teramat mencintainya. Mengenai penyakitku ternyata ia tahu dari mama ketika itu dia ingin menemuiku ke rumah,tetapi waktu itu aku sedang tidur. Saat itu lah mama menceritakannya pada satria.

^^^^

Satria berjanji akan menemaniku,mengajakku menikmati sisa2 hidupku. Sering sekali dia mengajakku main ke taman, pantai, taman hiburan dan masi banyak lagi tempat lain yang masi terhitung dekat dngan rumahku. Aku tak bisa pergi terlalu jauh dengan kondisi ku sekarang. Pernah suatu kali aku pingsan saat bersama satria, setelah aku sadar aku melihatnya menangis di depan ku, mungkin dia takut aku tak bisa membuka mataku lagi . dan  hari ini, dia mengajakku jalan2 di taman lagi. Kami  Bersepeda bahkan kami bermain gelembung seperti anak kecil. Semua ini membuatku bahagia dan sejenak penyakit itu  terlupakan. Kini kami duduk selonjoran di rumput, melepaskan lelah karna terlalu senang. Sesaat keheningan menguasai kami.
“apa yang sekarang km pikirkan?” Tanya Satria kepada ku. Aku yang tengah asik melihat langitpun berpaling padanya.”mmmm, skrg ak memikirkan apa yg Tuhan berikan padaku…” diam sejenak ,kemudian ku lanjutkan lagi kata2ku” Tuhan memberikan aku penyakit ini padaku, membiarkan aku tahu waktuku tak lama seperti kebanyakan orang” aku bicara dgn nada sedih
“karna Tuhan sayang sama kamu, wie. Tuhan ingin kamu mengingat kalau km akan kembali padanya, Ia jg ingin kamu melakukan hal baik dalam hidup km, tapi itu semua tak berarti hidup kamu singkat, masi ada banyak harapan untuk km.”
“iya, mungkin itu yg Tuhan inginkan. Tapi km tahu,sekarang aku tak lagi takut pada kematiaan. Yg ku takutkan sekarang adalah waktu.”
“maksud kamu?”
“aku takut bila waktu akan perlahan menghapus ku dan membuat aku terlupakan, aku takut nanti  aku hanya akan jadi kenangan” ucapku tanpa berusaha menutupi rasa sedihku.
“selamanya tak kan terhapus, tak kan terlupakan” ucapnya yakin
“tapi suatu hari nanti mungkin km akan menemukan penggantiku di hati mu”
“dengarkan aku, aku mencintaimu hari ini esok dan selamanya jadi ga mungkin aku mencari penggantimu”  ujarnya serius
“usaha mu untuk menghiburku lumayan bagus. Haha” aku bicara enteng, mendengar Ia bicara begitu aku seneng walau aku tahu itu takan mungkin,tak mungkin bila nanti aku pergi dia tetap sendiri.
“ kamu ga percaya? Km itu cinta  terakhir aku, jadi ga mungkin ada cinta yg lain lagi. apa ak harus belah dadaku agar km percaya?” ucapnya lagi dengan sedikit bercanda.
“aku percaya koq” ku ucapkan sambil tersenyum.

^^^^^

Suasana sore yang sejuk tak mampu meredam gundah yg sedang ku rasakan. Aku menunggu Satria yang berjanji akan mengajakku ke pantai. Tapi sudah hampir satu jam Dia tak kunjung datang, berapa kali aku coba telpon tapi handphonenya tidak aktif. Akhirnya  aku menelpon telepon rumahnya.
“Hallo, Assalamualaikum.” Terdengar suara bi may, pembantu di rumah satria di ujung telpon sana.
“walaikumsalam, Bi ini Dewi, Satria nya ada ?”
“Aduch, neng. Neng belum tahu baru aj mas Satria di bawa ke Rumah Sakit , Dia di keroyok dan kena tusuk  pisau, Neng” ucapkan bi may dengan nada cemas
mendengar apa yg di katakan bi may, kepala ku langsung sakit dan ku tak sadarkan diri.

^^^^

Perlahan aku membuka mataku, bau khas Rumah Sakit langsung ku kenali. Ku lihat kedua orangtua dan adikku berada di dekat ranjang ku. Mereka semua ada disini. Tak lama ku ingat lagi kata2 yang ku dengar dari bi may, seketika itu aku menangis dan menyebut nama Satria. Satria …dimana Satria?
“ Satria ada di Rumah Sakit ini” mama menjawab tanyaku
“mah,dewi pngen ketemu satria..”
mama hanya mengangguk dan papa memapahku menggunakan kursi roda, ternyata keadaan ku terlalu lemah untuk berjalan. Mama berhenti mendorong kursi rodaku tepat di salah satu kamar perawatan, dia pasti disini. Ku buka pintu, terlihat di sana ada om dan tante. Mereka tersenyum getir melihatku. Saat aku sampai di sisi ranjang Satria, tanpa di sadari mereka keluar membiarkan kami berdua.
“Satria” ku ucap namanya dengan lirih. Dia menoleh melihatku, wajahnya begitu pucat, mungkin lebih pucat daripda aku sekarang. Dia tersenyum tapi senyumnya lemah sekali. Melihat keadaannya aku langsung menangis,menangis terisak takut kehilangannya.
“hei, kenapa nangis? aku baik2 aja koq.” Pelan kata2nya tapi masi bisa kudengar.
“Bodoh, seperti ini km blg baik baik aja” ucapku masi menangis.
“jangan menangis, jelek. Ayo senyum.” Ucapnya dengan senyum lemahnya. Aku menuruti kata2nya, aku tersenyum tapi airmataku masi mengalir.
“Dewi,km masi ingat kata2ku kemarin?” dia bertanya padaku, aku hanya memasang wajah penuh gurat Tanya.”kemarin, aku pernah bilang bahwa km cinta terakhir aku. Dan kuharap km benar2 percaya pd kata2ku it.” Aku ingat, dan mengingatnya aku kembali menangis lagi. “ aku percaya , benar2 percaya” ucapku di sela tangisku. Dia tersenyum tak selemah dari  senyum yg tadi ia berikan padaku.” Wi, sekarang aku mw tidur, km temenin aku di sini ya” pintanya. Aku hanya mengangguk Lalu menunduk menyembunyikan tangisku dari tatap matanya.


^^^^^

“……Everytime I try to fly I fall
Without my wings I feel so small
I guess I need you baby
And everytime I see you in my dreams
I see your face
It's haunting me
I guess I need you baby”
Sepenggal bait lagu Everytime dari Britney Spears kini sedang ku dengar dari ipods ku, menemaniku yang kini sedang memandang senja di pantai. Aku tidak sendiri, karena orangtuaku juga ada di pantai ini akan tetapi mereka senggaja membiarkan aku sendiri menikmati kerinduan yg kurasakan pada seseorang yg telah meninggalkan ku lebih dari satu bulan yang lalu. Satria meninggal. Tak mampu bertahan atas beberapa luka tusukan di tubuhnya. Randi, teman kuliah kami menceritakan bahwa pada saat kejadian itu Satria mencoba menolong temannya yg di keroyok oleh orang2 yg memang memiliki masalah dengan temannya itu, tapi siapa sangka niat menolong Satria malah membuatnya tak tertolong. Ada beberapa tusukan, satu diantaranya mengenai jantungnya. Terlalu dalam hingga ia tak bisa terselamatkan.
Kepergiannya yg begitu cepat membuat kondisi ku melemah, bahkan saat pemakaman, aku tak bisa datang karna dirawat d Rumah Sakit. Kesedihan yg sangat menyakitkan begitu jelas aku rasakan mengalahkan sakit  yg ku rasa di kepalaku. Sering aku menyebut namanya di hatiku, meyakinkan ku bisa relakan ia pergi, tapi semakin nyata aku tahu ia pergi semakin dalam rindu ku rasa. Dan itu menyakitkan,menyadari tak akn pernah ada lagi suara,senyum, tawa dan tatap matanya yg menenangkan. Menyakitkan saat menyadari bahwa dia tak akan pernah kembali. banyak malam ku lewati dengan tangisan. mencoba menerima apa yg terjadi, menerima Takdir dari Yang Maha Kuasa tapi semua itu terlalu sulit untukku. ” Tuhan, Kenapa Kau memanggil satria begitu cepat, Terlalu sayangkah Tuhan padanya hingga Kau tidak mau dia menunggu terlalu lama untuk masuk surga Mu.” Tanya ku pada sang Pencipta di Sela isak tangisku. Dan kini aku di sini, di pantai yg sering kami datangi berdua. Membiarkan rasa rindu merajai hatiku, menimbulkan rasa sakit di hati dan kepalaku. Ku ulang lagi dalam ingatan awal aku mengenalnya, mengingat saat dia menyatakan cintanya pada ku dan mengingat ia saat ku temui di Rumah Sakit , mengingat apa yang ia ucapkan waktu itu. Aku cinta terakhirnya. Dan ia pun cinta terakhir dalam hidupku.
Ku rasakan sakit di kepalaku begitu menyakitkan . Benar-benar sakit . Terlalu sakit hingga tak mampu untuk berucap.” Tuhan, apa yang aku rasakan sekarang? ini tak sanggup ku tahan,ini menyiksa, ku mohon Tuhan , berikan belas kasih Mu padaku.”gumamku dalam hati. Sakit ini bukan hanya menyerang kepala ku saja tetapi seluruh tubuhku, jantung dan hati  juga merasakan sakit yg hebat ini. Ku rasakan napasku tersenggal, tak mampu ku hirup oksigen . seluruh tubuh bergetar menerima rasa sakit ini. Tapi sesaat kemudian rasa sakit itu menghilang berganti dengan rasa melayang dan damai. Jiwa ku seolah ringan dan bebas dari sakit. Ku dengar mama dan papa memanggil nama ku histeris . aku tersenyum menunjukkan tak ada rasa sakit lagi. tapi mengapa kedua orangtua itu tidak menghampiriku. Melainkan mereka menyongsong seseorang yg sepertinya sedang tak sadarkan diri. Mama menangis sambil menyebut namaku. Apa yang terjadi? Tak sadarkah mereka, aku ada di sini? Penasaran, aku hampiri mereka. Ya Allah, apa yang aku lihat sekarang? Aku melihat kedua orangtuaku memeluk seorang gadis dan gadis  itu mirip dgn aku.  Mengapa ini terjadi? Apa rasa sakit yang begitu menyiksa itu adalah sakaratul maut ku? Jadi sekarang aku sudah mati. Ku lihat mama, mama mungkin nanti kau tak akan menangisi aku yg selalu kesakitan, ku lihat lagi pria yang berada di samping mama, Papa. papa sekarang tak kan susah lagi mencari uang untuk biaya kemotrapi dewi. Ingin ku peluk mereka tapi tak bisa. Kemudian terdengar satu suara mamanggilku lembut. Aku menoleh pada suara yg ku kenal itu. Terlihat di depan sana Satria tersenyum dan melambaikan tangannya, mengajakku untuk pergi bersamanya. Ku lihat lagi kedua orangtuaku, dengan tersenyum aku meninggalkan mereka. Dan berjalan menghampiri uluran tangan Satria. Kami melangkah menuju keabadian bersama iringan senja yg menenggelamkan matahari di sebrang pantai.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment