Friday, June 14, 2013

KONSEP PERUBAHAN SOSIAL

"KONSEP PERUBAHAN SOSIAL"

SUCI LESTARI RAHAYU
IRA RASA AMALIA
AGNESA ALDILA TANTIA
ARGIE GILANG HUDAEVA
FISKA LESTARI




KATA PENGANTAR


Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, tak lupa sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pilihan dan sang pemilik ukhwah.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah Kami dapat tersusun tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun sangat Kami harapkan,  untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Kita semua. Dan akhirnya, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi Kita semua. Amiin ya robbal ‘alamin.

Sukabumi,    Maret  2013

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR         ........................................................................ i
DAFTAR ISI      ......................................................................................     ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah         ..................................        1
1.2    Rumusan Masalah      .......................................................................................        1    
1.3    Tujuan                        .......................................................................................       2
BAB II PEMBAHASAN
2.1     Individu   ………………………………………..........................................        3
2.2     Masyarakat   ……………………………….....................................................        5
2.3     Perubahan Sosial ………………………………………………………..........        8
2.4     Dampak Perubahan Sosial 14
BAB III PENUTUP                                                                                
3.1      Kesimpulan     ……………………………………………………………......               17       
DAFTAR PUSTAKA        .......................................................................   18

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk individu dan masyarakat. Oleh karenanya manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Masyarakat merupakan wadah berkumpulnya individu-individu yang hidup secara sosial., masyarakat terdiri dari individu-individu yang memiliki kehendak dan keinginan hidup bersama. Kita tahu dan menyadari bahwa manusia sebagai individu dan makhluk sosial serta memahami tugas dan kewajibannya dalam setiap tatanan kehidupan berkelompok dan dalam struktur dan sistem sosial yang ada.

Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar individu, organisasi atau komunitas, ia dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta “peran”. Dengan demikian, istilah yang lebih lengkap seharusnya adalah “perubahan sosial-kebudayaan” karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan itu sendiri.

Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam masyarakat itu “bergerak” (direction of change)”, yang jelas adalah bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi boleh pula bergerak kepada suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau.

Oleh karena itu, perlu kiranya kami menulis sebuah makalah yang berjudul “Konsep Perubahan Sosial”.

1.2        Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan individu?
2.      Bagaimana manusia selaku individu?
3.      Bagaimana manusia selaku makhluk sosial?
4.      Apakah yang dimaksud dengan masyarakat?
5.      Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan masyarakat?
6.      Bagaimana status dan peran individu dalam masyarakat?
7.      Bagaimana proses perubahan sosial?
8.      Bagaimana strategi perubahan sosial?
9.      Apa saja bentuk-bentuk perubahan sosial?
10.  Apa faktor-faktor terjadinya perubahan sosial?

11.  Apa saja dampak positif dari perubahan sosial?
12.  Apa saja dampak negatif dari perubahan sosial?

1.3      Tujuan

1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan individu.
2.      Untuk mengetahui manusia selaku individu.
3.      Untuk mengetahui manusia selaku makhluk sosial.
4.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan masyarakat.
5.      Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan masyarakat.
6.      Untuk mengetahui status dan peran individu dalam masyarakat.
7.      Untuk mengetahui proses perubahan sosial.
8.      Untuk mengetahui strategi perubahan sosial.
9.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk perubahan sosial.
10.  Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya perubahan sosial
11.  Untuk mengetahui dampak positif dari perubahan sosial.
12.  Untuk mengetahui dampak negatif dari perubahan sosial.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Individu

1.      Pengertian Individu
Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr.A. Lysen (Abu Ahmadi: 2003). Menurut Marthen Luter, individu berasal dari kata individum (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri.Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
·         Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama.
·         Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan.
·         Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apayang diterima oleh panca indera.
·         Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut masyarakat.

Sedangkan Menurut Viniagustia, individu merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyataan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.

2.      Manusia Selaku Individu
Individu adalah seseorang atau seorang manusia secara utuh.Utuh di sini diartikan sebagai suatu sifat yang tidak dapat dibagi-bagi.Merupakan satu kesatuan antara jasmaniah dan rohaniah yang melekat pada diri seseorang.

Setiap individu mempunyai ciri khas yang berbeda dengan individu lainnya, seperti bentuk fisik, kecerdasan, bakat, keinginan, perasaan dan memiliki tingkat pemahaman atau arti tersendiri terhadap suatu objek.Jadi, individu adalah kondisi internal dari seorang manusia yang berfungsi sebagai subjek.


Manusia selaku individu mempunyai 3 naluri, yaitu:
1)      Naluri mempertahankan kelangsungan hidup
Naluri mempertahankan kelangsungan hidup telah menimbulkan berbagai kebutuhan.Salah satu kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis yang terdiri dari makan, minum dan perlindungan.Semua kebutuhan tersebut didapat dari lingkungan dimana manusia tinggal, dan dalam memanfaatkan lingkungan tersebut membutuhkan teknologi.
Teknologi dapat diartikan sebagai cara-cara atau alat yang dipergunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Kebutuhan manusia sangat beragam dan kebutuhan ini lebih mudah dipenuhi kalau individu hidup berkelompok dengan individu lainnya.

2)      Naluri untuk mempertahankan kelanjutan penghidupan keturunan
Naluri untuk mempertahankan keturunan, menuntut adanya kebutuhan akan rasa aman (safety need) baik dari gangguan cuaca yang tidak nyaman, binatang liar atau manusia lain. Perumahan dengan bermacam-macam bahan dan juga bentuk, pada dasarnya adalah usaha untuk memperoleh rasa aman dari berbagai gangguan. Adapun keanekaragaman bahan dan model yang dipergunakan sangat tergantung pada lingkungan. Semua itu tergantung pada cuaca dan bahan mentah yang ada di lingkungannya. Perkawinan selain untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia, juga merupakan cerminan dari adanya ketergantungan individu terhadap individu lain dan adanya naluri untuk meneruskan keturunan.

3)      Naluri ingin tahu dan mencari kepuasan
Setiap manusia mempunyai naluri untuk ingin tahu tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan manusia lainnya. Adanya perbedaan alam, perbedaan fisik manusia, perbedaan budaya manusia, perbedaan dalam berpakaian, mata pencaharian, bentuk rumah dan sebagainya.Semua itu telah mendorong manusia untuk mencari tahu.Pertanyaan ”apa, mengapa, bagaimana dan siapa” telah melahirkan sistem pengetahuan, yang kemudian disusun menjadi sistematis melalui aturan-aturan tertentu sehingga melahirkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan spiritual atau batin manusia. Sedangkan penerapan ilmu dalam bentuk cara dan alat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia disebut teknologi.
Keduanya tidak dapat dipisahkan untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan manusia baik selaku individu maupun masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki individu tidak seluruhnya hasil dari pengalaman sendiri, tetapi lebih banyak dari belajar dan meniru orang lain. Karena itu, dalam memenuhi naluri ingin tahu dan mencari kepuasanpun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kelompok.


3.       Manusia Selaku Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada individu lain. Ia belajar membuat sesuatu dan sebagainya memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.
Menurut Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia menyatakan bahwa ketergantungan individu terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui perantaraan kebudayaan.
Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya sistem perlindungan dalam rumah, pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum, dalam pengertian gangguan atau kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan apabila manusia berkelompok. Untuk menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan aturan-aturan dan kontrol-kontrol sosial tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu ditentukan pula siapa yang berhak mengatur kehidupan kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.

2.2     Masyarakat

1.      Pengertian Masyarakat
Dalam bahasa inggris, masyarakat disebut society.Asal kata socius yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa arab yang berarti berkumpul dan bekerja sama. Adanya saling berkumpul dan bekerjasama ini karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan, dan sebagainya, manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya.Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan dalam suatu masyarakat.
Berikut dibawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi, antara lain :
·         Menurut Munandar Soelaeman, masyarakat merupakan kesatuan sosial yang mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat. Kesatuan sosial mempunyai kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat, kesadaran masyarakat, dan sebagainya.
·         Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
·         Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
·         Menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
·         Anderson dan Parker (Astrid: 1977), menyebutkan bahwa masyarakat adalah:
a)      Adanya sejumlah orang.
b)      Tinggal dalm suatu daerah tertentu.
c)      Mengadakan hubungan satu sama lain.
d)     Saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama,
e)      Merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaaan solidaritas.
f)       Adanya saling ketergantungan.
g)      Masyarakat merupakan suatu system yang diatur oleh norma-norma/aturan-aturan tertentu.
h)      Menghasilkan kebudayaan.

2.      Perkembangan dan Pertumbuhan Masyarakat
Dalam perkembangan dan pertumbuhannya masyarakat dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1.      Masyarakat sederhana
Dalam lingkungan masyarakat sederhana, pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin.Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yang buas saat itu.
2.      Masyarakat maju
Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai.Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan menjadi menjadi 2 macam, yaitu:
a.       Masyarakat non industri
Secara garis besar, kelompok ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.Dalam kelompok primer, interaksi antar anggotanya terjadi lebih intensif, lebih erat, lebih akrab.Kelompok ini disebut juga kelompok face to face group.Sifat interaksi bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati.Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok ini dititik beratkan pada kesadaran, tanggungjawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.Dalam kelompok sekunder terpaut saling hubungan tidak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu sifat interaksi, pembagian kerja,  diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional obyektif. Para anggota menerima pembagian kerja atas dasar kemampuan atau keahlian tertentu, disamping dituntut target dan tujuan tertentu yang telah ditentukan.
b.      Masyarakat industri
Contoh masyarakat industri adalah tukang roti, tukang sepatu, tukang lasdan ahli mesin, mereka dapat bekerja secara mandiri dengan timbulnya spealisasi fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk di ekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin komplek pembagian kerja, semakin banyak timbul kepribadian individu.

3.      Status dan Peran Individu dalam Masyarakat
Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran (role)dan kedudukan (status) yang berbeda. Peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai posisi (status) tertentu.Sedangkan kedudukan (status) adalah posisi seseorang dalam kelompok. Mengingat setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam, maka setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam, maka setiap individu dapat berstatus dan berperan di kelompok sesuai dengan kepentingan itu.
Setiap individu harus berperilaku atau berperan sesuai dengan kedudukannya agar ia dapat diterima dan diakui keberadaanya. Karena setiap organisasi mempunyai aturan sendiri, maka sanksi yang diberikan oleh setiap organisasi kepada anggota yang melanggar pun berbeda pula.Sanksi ini bertujuan menjaga keutuhan, keseimbangan, kestabilan kelompoknya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang mempunyai peran dan tugas yang berbeda.Tetapi masing-masing saling membutuhkan, saling bekerja sama untuk mencapi tujuan yang sama yaitu terpenuhinya kebutuhan dan mencapi kesejahteraan. Dengan demikian peran dan kedudukan sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan integritas sosial. Kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat ada 2 macam, yaitu:
a)      Ascribed status
Kedudukan yang diperoleh tanpa melalui perjuangan atau usaha sendiri.Biasanya diperoleh melalui kelahiran.Seperti seorang anak menjadi raja karena ayahnya adalah raja.Status ini sering pula disebut status yang tertutup, karena setiap orang tidak bisa menjadi anggota secara bebas. Perkawinan biasanya adalah cara untuk masuk ke dalam status ini.
b)      Achieved status
Kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau perjuangan sendiri.Seperti seseorang menjadi direktur sebuah perusahaan karena dia memang rajin dan ulet.Status ini bersifat terbuka, artinya setiap orang dapat mencapainya atau meraihnya karena kemampuan masing-masing individu dalam berprestasi.
Setiap status dan kedudukan mempunyai seperangkat simbol atau lambang yang dapat mencerminkan statusnya.Seperti seorang guru tercermin dari sikap dan pakainnya.Banyak simbol yang dapat mencerminkan status atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.

2.3     Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu.
Untuk dapat menyatakan perbedaannya, konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan:
(1) Perbedaan,
(2) pada waktu berbeda,
(3) di antara keadaan sistem sosial yang sama.
1.     Proses Perubahan Sosial
Perubahan sosial terjadi pada setiap masyarakat. Bagaimanakah proses terjadinya perubahan sosial? Perubahan sosial dapat terjadi melalui difusi, akulturasi, asimilasi, dan akomodasi.
a.       Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan (ide-ide, keyakinan, hasil-hasil kebudayaan, dan sebagainya) dari individu kepada individu lain, dari satu golongan ke golongan lain dalam suatu masyarakat atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dari pengertian tersebut dapat dibedakan dua macam difusi, yaitu difusi intramasyarakat dan difusi antarmasyarakat.
o   Difusi intramasyarakat ( intrasociety diffusion ), yaitu difusi unsur kebudayaan antarindividu atau golongan dalam suatu masyarakat.
o   Difusi antarmasyarakat ( intersociety diffusion ), yaitu difusi unsur kebudayaan dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Mengenai masuknya unsur-unsur baru ke dalam suatu masyarakat dapat terjadi melalui perembesan secara damai, perembesan dengan kekerasan, dan simbiotik.
·         Perembesan damai ( penetration passifique ), yaitu masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat tanpa kekerasan dan paksaan, namun justru mengakibatkan masyarakat yang menerima semakin maju. Contohnya masuknya internet ke sekolah-sekolah.
·         Perembesan dengan kekerasan ( penetration violente ), yaitu masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat yang diwarnai dengan kekerasan dan paksaan, sehingga merusak kebudayaan masyarakat penerima. Contohnya masuknya budaya asing pada masa penjajahan kolonial Belanda.
·         Simbiotik, yaitu proses masuknya unsur-unsur kebudayaan ke atau dari dalam masyarakat yang hidup berdampingan.
b.      Akulturasi
Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya, tanpa menghilangkan sifat khas kepribadian kebudayaan asli.
Proses akulturasi dapat berjalan sangat cepat atau lambat tergantung persepsi masyarakat setempat terhadap budaya asing yang masuk. Apabila masuknya melalui proses pemaksaan, maka akulturasi memakan waktu relatif lama. Sebaliknya, apabila masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut akan berlangsung relatif lebih cepat.
c.       Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial tingkat lanjut yang timbul apabila terdapat golongan-golongan manusia yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, saling berinteraksi dan bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama, dan kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas menjadi unsur-unsur kebudayaan yang baru, yang berbeda dengan aslinya.
Asimilasi terjadi sebagai usaha untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi akan timbul apabila ada kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan saling berinteraksi secara langsung dan terusmenerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri.
d.       Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjuk terciptanya keseimbangan dalam hubungan-hubungan sosial antarindividu dan kelompok-kelompok sehubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk kepada usaha-usaha manusia untuk meredakan pertentangan-pertentangan atau usaha-usaha untuk mencapai kestabilan interaksi sosial.

2.      Strategi Perubahan Sosial
Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsensus atau pertikaian, harmoni atau perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya, berasal dari sifat saling memengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang kompleks itu. Bila dipisah-pisah menjadi komponen dan dimensi utamanya, teori sistem secara tak langsung menyatakan kemungkinan perubahan sebagai berikut:
1.   Perubahan komposisi (misalnya, migrasi dari satu kelompok ke kelompok lain, menjadi anggota satu kelompok tertentu, pengurangan jumlah penduduk karena kelaparan, demobilisasi gerakan sosial, bubarnya suatu kelompok).
2.   Perubahan struktur (misalnya, terciptanya ketimpangan, kristalisasi kekuasaan, munculnya ikatan persahabatan, terbentuknya kerja sama atau hubungan kompetitif).
3.   Perubahan fungsi (misalnya, spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan, hancurnya peran ekonomi keluarga, diterimanya peran yang diindoktrinasikan oleh sekolah atau unuversitas).
4.   Perubahan batas (misalnya, penggabungan beberapa kelompok, atau satu kelompok oleh kelompok lain, mengendurnya kriteria keanggotaan, dan penaklukan).
5.   Perubahan hubungan antar subsistem (misalnya, penguasaan rezim politik atas organisasi ekonomi, pengendalian keluarga dan keseluruhan kehidupan privat oleh pemerintah totaliter).
6.   Perubahan lingkungan (misalnya, kerusakan ekologi, gempa bumi, munculya wabah atau virus HIV, lenyapnya sistem bipolar internasional).

Adakalanya perubahan hanya terjadi sebagian, terbatas ruang lingkupnya, tanpa menimbulkan akibat besar terhadap unsur lain dari sistem. Sistem sebagai keseluruhan tetap utuh, tak terjadi perubahan menyeluruh atas unsur-unsurnya meski di dalamnya terjadi perubahan sedikit demi sedikit. Contoh, kekuatan sistem politik demokratis terletak dalam kemampuannya menghadapi tantangan, mengurangi protes dan menyelesaikan konflik dengan mengadakan perombakan sebagian tanpa membahayakan stabilitas dan kontinuitas negara sebagai satu kesatuan. Perubahan seperti ini merupakan sebuah contoh perubahan di dalam sistem. Namun, pada kesempatan lain, perubahan mungkin mencakup keseluruhan (atau sekurangnya mencakup inti) aspek sistem, menghasilkan perubahan menyeluruh, dan menciptakan sistem baru yang secara mendasar berbeda dari sistem yang lama. Perubahan seperti ini dicontohkan oleh semua revolusi sosial besar. Bila dilihat contoh definisi perubahan sosial, terlihat bahwa berbagai pakar meletakkan tekanan pada jenis perubahan yang berbeda. Namun sebagian besar mereka memandang penting perubahan struktural dalam hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsur-unsur masyarakat.
Dari sekian pendapat tentang perubahan sosial, penulis beranggapan bahwa Perubahan Sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu.
Ada tiga hal yang berkenaan dengan proses perubahan sosial. Pertama, bagaimana ideas mempengaruhi perubahan-perubahan sosial. Kedua, bagaimana tokoh-tokoh besar dalam sejarah menimbulkan perubahan besar di tengah-tengah masyarakat. Ketiga, sejauh mana gerakan-gerakan sosial dalam revolusi menimbulkan perubahan stuktur sosial dan norma-norma sosial (Rahmat, 1999).

3.      Bentuk-bentuk perubahan sosial
ü  Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi
Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk umum yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung lambat. Kedua bentuk perubahan tersebut dalam sosiologi dikenal dengan revolusi dan evolusi.
§  Perubahan evolusi
Perubaha evolusi  adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh:  perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:
~        Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
~        Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
~        Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.
§  Perubahan revolusi
Perubahan revelosi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan. Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat.

Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain:
o   Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
o   Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
o   Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
o   Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
o   Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.

ü  Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan
§  Perubahan yang direncanakan
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga  kemasyarakatan. Oleh karena itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) .
§  Perubahan yang tidak direncanakan
perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat.Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi.Misalnya, kasus banjir bandang di Binjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.

ü  Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil
§  Perubahan berpengaruh besar
Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya per- ubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan strafikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.
§  Perubahan berpengaruh kecil
Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan-perubahan yangterjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian  dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan homolis.

4.    Faktor terjadinya perubahan sosial
Pada umumnya terdapat beberapa faktor yang mendasari terjadinya perubahan sosial, yaitu faktor yang bersumber dari dalam (faktor internal) dan faktor yang datang dari luar (faktor eksternal) masyarakat. Di bawah ini dikemukakan beberapa faktor penyebab sosial yang bersumber dari dalam masyarakat,yaitu:
1.      Perubahan Komposisi Penduduk
Bertambah atau berkurangnya jumlah merupakan keadaan yang menunjukkan terjadinya perubahan komposisi penduduk.Pertambahan jumlah penduduk yang cepat yang tidak di imbangi dengan pertambahan produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk dapat menimbulkan perubahan sosial.Misalnya, kemiskinan, pengangguran, dan kejahatan.Sebaliknya, berkurangnya jumlah penduduk yang disebabkan oleh tingkat kematian yang tinggi atau migrasi keluar, dapat pula menimbulkan perubahan sosial, seperti kekurangan tenaga kerja.
2.      Penemuan Baru
Inovasi atau penemuan yang dihasilkan oleh anggota masyarakat dan di adopsi oleh warga masyarakat dapat menimbulkan perubahan sosial.Penemuan alat komunikasi telah membawa perubahan sosial secara luas, penemuan dan penggunaan alat-alat mekanik dalam bidang pertanian telah mendorong terjadinya perubahan sosial dari masyarakat agraris ke industri.
3.      Konflik Sosial
Konflik sosial, yaitu pertentangan yang terjadi dalam masyarakat, baik perorangan maupun kelompok, misalnya terdapat pertentangan antara generasi baru dengan generasi tua terhadap kaidah yang berlaku, perselisihan antara petani untuk mendapatkan air.
4.      Pemberontakan
Pemberontakan atau revolusiyang berasal dari anggota masyarakat, misalnya pemberontakan terhadap penjajah atau pemimpin yang otoriter.Dewasa ini muncul pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan masyarakat desa untuk menentang atau memberhentikan kepala desa.
Sedangkan perubahan sosial yang disebabkan oleh faktor eksternal adalah bencana alam, peperangan akibat interpensi pihak luar dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Masuknya kebudayaan asing, baik secara langsung dibawa oleh salah seorang anggota masyarakat maupun secara tidak langsung (melalui media televisi, film, surat kabar atau majalah), dapat menimbulkan perubahan sosial.Jika kebudayaan yang masuk tersebut dipandang lebih maju maka akan terjadi proses imitasi oleh anggota masyarakat.
2.4     Dampak Perubahan Sosial

                  Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tentunya memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat itu sendiri.Adapun dampak yang terjadi itu bisa berdampak positif dan adapula yang berdampak negatif. Berikut Penjelasannya :
1.      Dampak Positif Perubahan Sosial
Akibat positif dari adanya perubahan sosial adalah terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada perbaikan- perbaikan dan kemajuan-kemajuan yang mendorong terciptanya integrasi dalam masyarakat.
 Dampak positif dari perubahan sosial itu adalah sebagai berikut:
a.       Perubahan terhadap nilai dan sikap menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan semacam ini sering pula disebut dengan perubahan yang bersifat progress atau perubahan menuju ke arah kemajuan. Sedangkan kebalikannya adalah perubahan yang bersifat regress, yaitu perubahan yang justru membawa ke arah yang lebih buruk. Contoh perubahan yang membawa ke arah yang lebih baik adalah pembangunan berbagai fasilitas umum yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti sekolah, tempat-tempat ibadah, telepon umum, jalan, dan lain-lain.
b.      Menggalakkan disiplin nasional. Sebuah perubahan ke arah yang lebih baik setidaknya harus ada upaya untuk mempertahankan atau menjaga agar perubahan itu tetap stabil dan konsisten. Oleh karena itu semangat disiplin harus digalakkan agar kehidupan masyarakat menjadi lebih teratur dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Misalnya menaati rambu-rambu lalu lintas, membudayakan antre, dan lain-lain.
c.       Minat masyarakat terhadap ilmu pengetahuan sangat besar. Seperti yang terjadi saat ini, dengan adanya perubahan sosial, maka masyarakat yang memiliki pemikiran maju akan merasa bahwa hanya dengan ilmu pengetahuan akan dapat mengimbangi iklim perubahan tersebut.
d.      Masyarakat semakin banyak memanfaatkan teknologi dalam beraktivitas. Perkembangan ilmu pengetahuan pasti akan membawa perubahan dalam bidang teknologi. Mengingat kondisi sekarang ini, masyarakat juga beranggapan bahwa dengan penguasaan dan pemanfaatan teknologi akan membawa dirinya ke arah perubahan yang bersifat progress.
e.       Mendorong masyarakat menggunakan bahasa secara baik dan benar, serta efektif dan efisien. Perubahan sosial yang ditandai dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan pola pemikiran manusia mendorong masyarakat menggunakan bahasa yang cenderung lebih efektif dan efisien, tanpa harus menggunakan basa-basi yang berlebihan.

2. Dampak Negatif Perubahan Sosial
Di samping dampak-dampak positif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perubahan sosial ternyata menimbulkan akibat negative juga. Beberapa akibat negatif perubahan sosial di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Gaya Hidup Kebarat-baratan atau Westernisasi
Westernisasi adalah proses pengambilalihan atau penentuan secara langsung budaya Barat tanpa seleksi atau penyesuaian dengan budaya setempat. Orang yang bergaya hidup ini menganggap dirinya sudah seperti orang Barat, namun hanya meniru gaya hidupnya saja secara lugas, tanpa mengetahui makna dari gaya hidup tersebut. Mereka lebih ke arah memamerkan kekayaan dengan menerapkan gaya hidup tersebut.
b.      Hidup Boros atau Timbulnya Budaya Konsumerisme
Kehidupan glamour masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah kota-kota besar akan selalu diwarnai dengan budaya konsumerisme, yaitu kebiasaan membelanjakan uang dengan tujuan yang tidak jelas atau hanya untuk tujuan pemborosan. Misalnya kebiasaan masyarakat berbelanja berbagai macam kebutuhan rumah tangga di mal.
c.       Keresahan Sosial atau Kecemburuan Sosial
Hal ini akan muncul jika ada kesenjangan antara orang-orang yang menginginkan terjadinya perubahan dengan orangorang yang enggan melakukan perubahan. Biasanya orangorang yang enggan melakukan perubahan ini akan menghalang- halangi terjadinya perubahan.
d.      Timbulnya Konflik
Konflik ini bisa terjadi antar individu atau bahkan antarkelompok dalam masyarakat. Akibatnya akan melahirkan disintegrasi dalam masyarakat tersebut.
e.       Kriminalitas
Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secara khusus akan diuraikan sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan kesenjangan kehidupan atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya, tidak semua orang mendapat kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap hak dan kewajibannya. Setiap orang harus mendapat hak disesuaikan dengan kewajiban yang dilakukan.
f.       Kenakalan remaja
Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat Oleh karena itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orangtua bekerja sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang.












BAB III
PENUTUP

3.1           Kesimpulan

Individu adalah manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, setiap individu mempunyai ciri khas yang berbeda dengan individu yang lainnya. Misalnya dalam bentuk fisik, tingkat kecerdasan, bakat dan keinginan maupun dalam hal perasaan. Jadi individu itu adalah kondisi internal dari seorang manusia yangberfungsi sebagai subjek.

Masyarakat yaitu berarti berkumpul dan bekerja sama artinya di dalam masyarakat terdapat kegiatan saling membantu dan saling membutuhkan satu sama lain. Jadi manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya, pola interaksi sosial dapat di hasilkan oleh hubungan dalam suatu masyarakat.

Setiap individu dan masyarakat memiliki relasi atau hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, norma dan aturan-aturan diantara komponen-komponen tersebut.

Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu keluarga dan masyarakat yang menjadi latar belakang keberadaanya. Begitupun sebaliknya, individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya. Dan barulah dikatakan sebagai individu jika individu bisa membaur dengan lingkungan sosialnya yaitu masyarakat.
          
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dikarenakan adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu berasal dari masyarakat itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah berasal dari luar masyarakat itu. Perubahan sosial dapat memberikan dampak positif dan juga dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan setiap individu dalam suatu masyarakat.









DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumaatmadja, Nursid, dkk. 2005. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumber Lain:



0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment